banner
flyin iklan
Thursday, September 6, 2012
Ajaran Seks Dalam Serat Nitimani
Ilmu asmara merupakan sarana untuk mengetahui asal muasal manusia, seperti peribahasa barang siapa yang tidak mengetahui asal usulnya sesungguhnya juga tidak akan mengetahui kemana tujuan hidupnya, niscaya kelak hidupnya tidak akan sempurna.
Hubungan seksual merupakan masalah yang sangat penting dalam Budaya Jawa karena hasilnya adalah sebuah kehidupan baru. Maka dari itu diajarkan agar sebelum melakukan hubungan seksual haruslah disiapkan segala-galanya agar hasilnya juga sempurna dan
mengerti asal kemana ia akan berakhir.
Yen pinareng dening Pangeran ingkang Maha Suci, kinen dados lantaran nitehaken manungsa. (pupuh 6)
Apabila Tuhan memperkenankan, pertandingan tersebut akan
menjadi sarana dan wahana untuk menciptakan manusia.
Hubungan seksual yang benar akan direstui oleh Tuhan dan diberikan hasil yang benar pula.
Kasebut wonten wewijangan ngelmi, ingkang kaping nem dipunwastani kayektening kahanan Kang Maha Suci, inggih menika pambukaning tata malige ing dalem Betal Mukadas awit dene pamejangipun ambuka kodrat predating Pangeran kang Maha Suci Sejati, anggenipun kersa jumenengaken maligening Dad, minangka Betullah katata wonten kontholing manungsa…. (pupuh 8)
Disebutkan dalam ajaran ilmu keenam dinamakan keberadaan Yang Maha Suci yaitu pembukaan tata malige dalam Betal Mukadas, dikarenakan Tuhan telah berkehendak menempatkan mahligai Zat sebagai Baitullah yang berada di buah Zakar manusia.
Dalam hal hubungan seksual, maka yang paling penting adalah peranan alat kelamin sebagai media utama. Budaya Jawa mengajarkan mengenai konsep alat kelamin pria sebagai sesuatu yang penting karena merupakan bagian dari tempat persemayaman juga.
Sejatine ingsun nata malige ana ing sajroning Betal Mukadas iku omah enggoning pasucian ingsun, jumeneng ana kontholing Adam, kang ana ing sajroning konthol iku pringsilan, kang ana ing sajroning pringsilan iku nutpah, iya iku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku ingsun, Dad kang anglimputi ing kahanan jati jumeneng ana ing sajroning nukat gaib….. (pupuh 8)
Sebenarnya Aku meletakkan tahtaKU dalam Betal Mukadas. Itu adalah tempat pesucianKu, yaitu berada di zakar Adam. Yang berada di zakar itu adalah buah pelir, yang berada dalam buah pelir adalah nutfah, yang berada dalam nutfah adalah mani. Di dalam mani ada madi. Di dalam madi ada manikem. Di dalam manikem ada rahsa. Di dalam rahsa ada Aku, tiada Tuhan selain Aku, zat yang meliputi segalanya bertahta dalam alam gaib.
Dalam ajaran mengenai konsep seks dalam Budaya Jawa, maka diterangkan pula apa sebenarnya alat kelamin itu sebagai sarana utama dalam hal seks. Dalam Budaya Jawa diajarkan bahwa tubuh manusia adalah manifestasi dari Tuhan itu sendiri dan alat kelamin milik pria masing-masing bagiannya adalah perwujudan dari unsur ke-Tuhanan sehingga tidak boleh digunakan sembarangan karena suci sifatnya.
Yen priya lan wanita anggenipun sami sahresmi pamudharin prasa sesarengan, woring kama mangka pinareng dening Pangeran Kang Maha Mulya badhe nitahaken manungsa, punika woring kuma wau lajeng kendel dumunung wonten guwa garbaning wanita, binasakaken garbini inggih punika meteng. (pupuh 8)
Bila seorang pri dan wanita bersetubuh, pertemuan kama diperkenankan oleh Tuhan Yang Maha Esa, akan ditaksirkan manjadi manusia. Bersatunya kama (seperma dan sel telur) tersebut kemudian akan berdiam diri di rahim wanita yang kemudian disebut hamil.
Tujuan dari hubungan seksual salah satunya yang paling penting adalah untuk menghasilkan keturunan. Benih manusia yang hadir di rahim wanita itu bisa ada hanya karena restu dari Tuhan.
….saleresipun tiyang estri ing asmara boten malih, amung kedah anut ing ombak kasagedaning priya…. (pupuh 19)
Sesungguhnya dalam bersenggama seorang wanita harus mengikuti kemauan laki-laki.
Hal-hal tersebut adalah ajaran tentang tindakana yang tepat bagi wanita dalam hal berhubungan seksual.
Wonten malih gelaring wanita yen nuju sinanggama ing priya, lajeng ambiyantu ing solah obahing raga raga dadosaken keras maju sunduring pasta, pratingkah makaten wau sedyanipun supados simbuhi sakecaning prasa…. (pupuh 19)
Adapun tingkah laku wanita ketika bersenggama sebagiknya mengimbangi gerak pria yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa nikmat.
Dalam berhubungan seksual diajarkan mengenai bagaimana sikap seorang wanita agar kegiatan hubungan seksual bisa mencapai tujuan yang diinginkan yaitu dapat mengimbangi gerakan laki-laki.
Kisanak, bebakunipun ingkang prelu kedah waskita, sageda nuju karsaning priya, ing solah kedah anut ing kersaning kakung. (pupuh 19)
Saudara, yang [erlu diperhatikan adalah kewaspadaan. Hendaknya wanita tanggap terhadap kehendak laki-laki.
Selain menyeimbangkan gerak, wanita juga harus tanggap dan mengerti apa yang menjadi kehendak laki-laki.
Awit wujudipun ingkang kawastanan labet wau inggih guna, tegesipun kapinteran, ingkang dipunwastani guna punika inggih sarana, tegesipun piranti, ingkang binasakaken sarana punika inggih : mantra, tegesipun muna, ingkang dipunwastani mantra punika inggih dunga tegesipun muni, ingkang binasakaken donga menika inggih puja, tegesipun panggunggung, inggih punika sadaya wau dumunung pangrengganing basa, utawi patrap ingkang dados pepunton atining tata krami. (pupuh 20)
Dengan upaya seperti itu sesungguhnya merupakan bentuk lain dari ibadah. Sebab bentuk ketekunan dan kesungguhan pada dasarnya berupa guna artinya kepandaian atau ketrampilan. Guna juga berarti sarana, yaitu peralatan. Sarana dapat diartikan sebagai mantra, maksudnya niat yang diverbalkan, sedangkan doa juga berarti harapan atau cita. Kesemuanya seimbang antara prilaku dengan nurani.
Budaya Jawa mengajarkan bahwa dalam berhubungan seksual haruslah diniatkan dalam hati bahwa tujuannya adalah baik karena menghasilkan manusia baru. Maka dari itu, hubungan seksual haruslah dilaksanakan dengan niat yang sungguh-sungguh karena hal tersebut sama juga dengan beribadah.
Wondene alas hardaning karsa, dumugining cipta maya kados ingkang kasebut ing inggil wau, bok manawi boten amung mahanani dhateng wewatekaning bebayi, pramila para sujana lan sarjana ingkang waskita ing kadadosaning krida utawi pangripta wau sok nuwuhaken, lajeng kangge tetenger nama dhateng atamajanipun. (pupuh 22)
Maka dari itu segala keinginan, beradanya cipta maya seperti yang disebut diatas tadi, mungkin tidak hanya memberi watak bayi, makanya para manusia dan manusia yang bijaksana di kejadian yang terjadi atau terciptanya tadi, kadang memberikan tanda, lantas dijadikan nama terhadap anak-anaknya.
Dalam hubungan seksual juga diajarkan untuk berada dalam posisi hati yang serba tenang, segalanya dalam kondisi baik agar hasil keturunan yang dihasilkan juga baik. Tidak hanya itu, akan tetapi hati pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual juga harus bersih dan bijaksana.
Yen ta saupami ngrembaga bab prakawis wiji, leres sampun dumunung wonten ing priya, pramila sujanma wanodya punika bebasanipun kasebut papan utawi wadah…. (pupuh 22)
Jika membahas perkara benih, benar, sudah berada di para laki-laki, maka dari itu, perempuan diibaratkan papan atau wadah.
Perempuan adalah wadah tempat laki-laki menempatkan maninya agar dijaga dan dirawat dalam suatu tempat yaitu rahim wanita.
….karsanira Pangeran Kang Maha Mulya karsa nitisaken wijining manungsa…. (pupuh 22)
Kehendak Tuhan Yang Maha Mulia berkehendak menitiskan benih manusia.
Dalam masalah hubungan seksual, haruslah diingat bahwa munculya janin adalah hasil karya Tuhan, sehingga harus dapat dipertanggung jawabkan.
Kacariyos bilih kasupen inggih kenging boten dados punapa, sabab sajatosipun ingkang prelu dados awisan amung hawa napsu bilih saged ambirat ing hawa napsu, kacariyos ing adat asring kadunungan awas lan emut, manawi tansah anggenipun awas kaliyan emut, bok manawi estu amanggih kamulyan ing sangkan paran….. (pupuh 23)
Ceritanya, seandainya lupa sesungguhnya tidak masalah, karena yang sebenarnya perlu mendapat larangan hanya hawa nafsu karena akan bisa menjerumuskan. Ceritanya, dalam adat sering terdapat awas ingat, jikalau teramat sangat rasa awas dan ingat itu mungkin benar akan bertemu dengan kemulyaan di asal dan tujuan.
Hal tersebut merupakan ajaran megenai tindakan, yaitu bahwa dalam melakukan hubungan seksual haruslah dengan penuh kesadaran dan diusahakan jangan sampai terseret oleh nafsu birahi belaka. Maksudnya, selama berhubungan seks haruslah tetap diingat bahwa tujuan utama adalah untuk mengahsilkan seorang manusia baru yang baik. Dengan demikian, manusia yang berasal dari proses yang baik maka akan kembali kepada Sang Pencipta dengan keadaan yang baik pula.
Ingkang rumiyin nyariosaken tembung upami, wonten sujanma priya kaliyan wanodya, badhe dumugekaken karsa ngulang salulut sami lumebet ing jenem rum, tegesipun dunungin pasareyan, ing riku sandyana amung sakaliyan tur dumunung wonten papaning sepen, liripun boten katingalan dening tiyang kathah, ewa semanten menggah pepantenganing panggalih…. (pupuh 25)
Yang pertama, menceritakan kalimat seandainya ada manusia laki-laki dan perempuan berkeinginan bercinta, masuk kedalam ranjang artinya berada ditempat tidur walaupun di situ hanya berdua dan juga berada ditempat yang sepi yang intinya tidak kelihatan orang banyak, walaupun begitu keseriusan perasaan janganlah sampai lupa…….
Ini adalah ajaran mengenai bagaimana cara yang benar ketika laki-laki dan perempuan yang akan mulai melaksanakan kegiatan berhubungan seksual, yaitu harus dilakukan pada tempat yang semestinya.
Sing sapa manungsa gelem ngalkoni tumindak marang panggawe nistha sayekti bakal nemu papa. (pupuh 25)
Barang siapa manusia yang menjalankan tindak nista pastilah akan menemuai kehinaan.
Menjalankan tindak nista maksudnya adalah berhubungan seksual tanpa persiapan yang benar dan hanya berdasarkan atas nafsu birahi belaka, maka nantinya juga akan berakibat buruk.
….dados manungsa ingkang binasakaken kapir wau supami karsa apulang asmara, mangkana lajeng saged dados wijining manungsa sanajan wiwit duk maksih jabang bayi tan pedot pinidih ing pamulangan tur dhateng tindaking kautaman, ing tembe bilih sampun dewasa bok manawi inggih lajeng wiga katragal dados dugal awit enget manawi pandemeling setan blaka. (pupuh 25)
Jadi yang disebut manusia kafir tadi seandainya bersenggama, maka bisa jadi benih manusia walaupun ketika masih bayi terus mendapat ajaran ketidak utamaan dan kebaikan, yang nantinya ketika dewasa mungkin akan menjadi jahat dan nakal karena memang terbuat dari penyatuan setan.
Dalam ajaran hubungan seksual, niat awalnya haruslah merupakan niat yang baik. Manusia yang akan melaksanakannya juga haruslah dengan hati dan pikiran yang suci, tidak dengan pikiran yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor baik fisik maupun batinnya akan menghasilkan sesuatu yang jelek dan kotor pula, karena terbuat dari hasil penyatuan dua hal yang sama-sama kotor (setan).
….liripun mekaten menggah ing saresmi wau boten kangge pakareman utawi boten kangge memainan, tegesipun boten kangge dedolanan utawi geguyonan…. (pupuh 26)
Maksudnya dalam hubungan tadi tidak bisa untuk main-main atau bercanda.
Hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan seksual. Jadi, kagiatan hubungan seksual harus dilakukan denga serius dan tidak boleh main-main.
Wonden bilih pinuju badhe salulut anggenipun anaji-aji lan angedi-edi ing patrap kapratelaken kados ing ngandap punika : ingkang rumiyin, duk wiwit kagungan karsa badhe apulang asmara lan wanita sakaliyan sami sesucia, inggih punika siram tuwin jamas lajeng ngasta siwur anyiduka toya kaankat celak ing wadana mawi dipundonganana, ananging donganipun kados pundi duk ing jaman kina punika kula boten terang, yen ing jaman samangke inggih katimbang kendel kemawon lowung kaangge minangka gegondhelaning niyat, prayoginipun mawi angucap mkaten : “niyatingsun adus, padusan banyuning tlaga kalkaosar, anuceni sakaliring eroh, kang dumunung ana ing jasad kita, mlebu manik metu inten, cahyake amancur mancorong kadi cahyaning Pangeran Kang Maha Kuwasa”. Ing riku toya siwur wau lajeng kasiramaken ing wadana, lajeng siram ngantos dumugi sucining saliranipun sadaya. Menggah pratingkah siram ingkang mekaten wau jalu lan wanita ing patrap sami kemawon boten aprabeda. (pupuh 26).
Sedangkan ketika ingin memuja-muja dan mengindahkan tingkah laku, akan dijelaskan seperti di bawah ini : Pertama, mulai dari punya keinginan senggama dengan wanita, semua harus suci. Harus mandi keramas, lantas mengambil gayung berisi air dan diangkat di dekat muka dengan berdoa. Tetapi bagaimana doa ketika jaman dahulu itu saya kurang jelas, namun jika jaman sekarang ya daripada diam saja lebih baik dijadikan niat, dan sebaiknya mengucapkan demikian; “Niatku mandi, tempat mandi telaga kalkaosar, mensucikan segala darah, yang berada dalam tubuh kita, masuk manik keluar intan, cahayaku bersinar seperti sinar cahaya Tuhan Yang Maha Kuasa”. Air yang berada di dalam gayung tersebut lantas disiramkan ke wajah dan dilanjutkan mandi sampai semua badan menjadi suci baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Berikut adalah ajaran mengenai konsp seks dari segi cara memulai sebuah hubungan seksual yang benar. Proses penyatuan antara dua manusia baru adalah sesuatu yang sakral dan sangat penting untuk disiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membersihkan diri dengan cara mandi. Mandi dalam konteks ini bukan hanya demi kenyamanan fisik belaka, tetapi dengan cara-cara tertentu dengan maksud untuk membersihkan jiwa dan batinya juga. Mandi harus disertai dengan niat yang baik serta doa, dengan tujuan untuk membersihkan segala kotoran (jasmani dan rohani) serta meniatkan sesuatu yang baik dalam hati. Dengan demikian diharapkan dalam melakukan hubungan seksual, keduanya (laki-laki dan perempuan) berada dalam keadaan bersih dan suci sehingga benih yang muncul nanti adlah merupakan buah dari perbuatan yang telah disucikan.
Ing sasampunipun rampung sesuciya siram jamas lajeng sami angadi-adi warna, kinarya sarana pangundhaning asmara, liripun menggahing pratingkah sami busana ingkang sarwa pantes, sarta angeganda wida, sasmpunipun samekta ing sakaliyan lajeng reruntunan sami malebet ing papreman, tegesipun malebet dhateng ing panglereman utawi dununging pakendelan, inggih punika pasareyan, ing riku priya lajeng angrakit pamasaning aji kamajaya dumunung amung winaos wonten salabeting batos kajarwakaken kados ing ngandhap punika : ….. Pupuh 26)
Setelah selesai bersuci mandi keramas (jamas) lantas berpakaian yang rapi untuk mengundang nafsu yang intinya tingkah laku dengan berpakaian yang pantas dan memakai wangi-wangian. Setelah semuanya selesai, lantas bersama-sama masuk ke tempat untuk tidur, maksudnya masuk ke ranjang, atau tempat istirahat yaitu ketempat tidur. Di situ, laki-laki memsang aji kamajaya yang diucapkan dalam hati.
Setelah membersihkan diri, maka ajaran selanjutnya adalah mengenai cara dan bagaimana tindakan mengenai cara dan bagaimana tindakan yang tepat untuk memulai kegiatan sakral tersebut. Pertama, untuk membangkitkan hasrat maka masing-masing harus mrias diri dengan berdandan dan memakai wewangian. Setelah itu, harus pula diperhatikan tempat melakukan kegiatan tersebut dan tidak diperbolehkan dilakukan di sembarang tempat.
Wondening sang wanita ingkang rumiyin ugi muntu pangesthi sedya dumunung ing Betalmukadas, tegesipun niyat anjumenengaken kahanan salebeting puraya pasucian, dumunung ing baga. Ingkang kaping kalih, lajeng amusthi nesthi pambukaning aji asmara nala, tegesipun senseming manah, inggih punika wahananing birahi, tegesipun wiji, dumunung ing purana. Ingkang kaping tiga, kaping sekawan, kaping gangsal, kaping nenem, dumugi pitu, mboten aprabeda kados pamusthining kakung wau. Ing sasampunipun samekta pangruktining sakaliyan, lajeng sami kakaron sih, andumugekaken karsa, dene patrap lan pratingkah tumanduking pulang asmara, saestunipun bab makaten punika kadamel pipingitan, sinten ingkang saged uninga amung kinten-kinten yen anithik lelabuhanipun, wiwit duk murwani wau dumugining ngendhon kados inggih sae, liripun bok manawi inggih kados caraning manungsa, sarta boten angicalaken ing tata krami, kados-kados bok manawi inggih punika ingkang kasebut anggendam langening pramana, ambuka kahananing atma, ingkang badhe pinurwaning wicaksana. Ing sasampunipun salulut, sakaliyan medal saking papreman, lajeng samya asiram jamas malih, menggah solah lan pratingkah boten prabeda kadi patraping siram duk ngajeng wau, amung donga sarananipun kantun angurapa makaten “suku asta winengku ing solah bawa, solah bawa winengku ing driya, driya winengku ing Hyang Praman, andadekakna adus ing suci santosaning roh kang ana ing badan kita”. (pupuh 26)
Sedangkan sang perempuan, pertama juga berniat bersedia berada di Betalmukadas, artinya menahan mendiamkan keadaan di dalam kerajaan kesusian, berada di baga. Yang kedua lantas berniat membuka aji asmara nala, artinya pesona hati, itulah wahana birahi, artinya nafsu senggama, tumbuh menjadi purba, artinya benih berada di purana. Yang ketiga, keempat, kelima, keenam, dan seterusnya hingga ketujuh tidak berbeda dengan laki-laki. Setelah selesai menjalani semua lantas keduanya bermain cinta, mendatangkan karsa, sedangkan segala tingkah polah dalam bersenggama, sebenarnya bab ini merupakan rahasia, siapa yang bisa mengetahui kira-kira jika menandai penempatan mulai dari atas yang awal tadi sampai sekarang itu sangat bagus, intinya seperti cara manusia, serta tidak menghilangkan tata krama, mungkin seperti inilah yang disebut pesona keindahan praman, membuka keadaan atma, yang akan menjadi kebijaksanaan. Sesudah bercinta keduanya keluar dari tempat tidur, lantas mandi jamas lagi, sedangkan tingkah laku atau tata caranya tidak berbeda dengan cara mandi yang seperti diatas tadi tetapi doa permintaannya seperti berikut : “Kaki dan Tangan berada dalam tingkah laku, tingkah laku berada dalam hati, hati berada dalam Hyang Praman, menjadikan mandi suci sentosanya ruh yang abadi di badan kita”.
Selain laki-laki, sang perempuan juga harus menyiapkan beberapa hal yang intinya hampir sama dengan laki-laki. Ada beberapa tahap pembukaan yang dilakukan secara perlahan-lahan yaitu “pesona” atau daya tarik dari masing-masing indra kemanusian yang dimiliki hingga nantinya muncul “karsa” atau kehendak yang mantap untuk berhubungan seksual. Cara berhubungan sesual yang baik pada intinya adalah untuk saling mengerti keinginan masing-masing, serta untuk senantiasa mengingat tata krama, yaitu berhubungan dengan cara-cara yang etis serta manusiawi. Setelah melakukan hubungan seksual maka diajarkan tindakan yang tepat yaitu mandi dengan cara yang sama dengan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan tersebut, dengan doa yang sedikit berbeda. Tujuan dari tindakan mandi setelah berhubungan seks adalah untuk mensucikan diri masing-masing dan juga membersihkan diri. Doa yang dipanjatkan pada intinya memohon kepada Tuhan agar apa yang telah dilakukan dapat disucikan serta membawa hasil yang baik.
….lan sumurupa mungguh tumitah ana alam donya iki binasakake mung mampir ngobe (bae)…. (pupuh 29)
Ketahuilah bahwa manusia yang ada di alam dunia ini diibaratkan hanya mampir minum….
Dalam konteks ajaran hubungan seksual, haruslah tetap diingat bahwa kehidupan hanya merupakan sesuatu yang sementara seperti ibarat orang yang melakukan perjalanan jauh dan hanya mampir untuk minum. Maka dari itu, janganlah melakukan hubungan seksual hanya karena kesenangan dunia saja yang sifatnya sementara, tetapi harus dipikirkan juga mengenai pertanggung jawabannya kepada Tuhan dalam perjalanan kehidupan yang selanjutnya.
….caritaning dalil dawuhing Pangeran, wajida-wajidahu, tegese : sing sapa temen katemenan, mungguh surasaning…. (pupuh 29)
Apakah anda belum pernah mendengan cerita dalil sabda Tuhan, wajida-wajidahu, artinya : siapa yang sengguh-sungguh akan mendapatkan hasil…..
Ada suatu ungkapan yaitu wajida wajidahu yang artinya siapa yang sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil. Maksudnya disini adalah dalam hubungannya mengenai konsep seks maka ungkapan tersebut bermaksud untuk menyampaikan bahwa hubungan seksual harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang baik.
Demikian cuplikan dalam Serat Nitimani berisi ajaran mengenai konsep seks dalam budaya jawa. Ajaran tersebut merupakan sistem nilai budaya Jawa yang landasannya adalah konsep religi yaitu masalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa segala aspek dalam kehidupan orang Jawa, termasuk dalam hal seks pasti berujung kepada masalah antara manusia dengan Tuhan. Seks dalam budaya Jawa bukan hanya merupakan sarana untuk melampiaskan hawa nafsu dan sekedar bersenang-senang akan tetapi sampai kepada pengertian bahwa hubungan tersebut adalah suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami isteri yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Dalam hal ini, dapat dikatan bahwa seks merupakan kegiatan yang dianggap suci dan sakral karena hasil dari perbuatan tersebut adalah menghasilak manusia baru. Lahirnya manusia di sunia harus dipersiapkan sebaik mungkin termasuk dari awal proses penciptaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar anak yang akan lahir nanti berasal dari proses awal yang jelas sehingga dapat mengetahui tujuan hidupnya dengan jelas pula. Konsep mengenai asal dan tujuan hidup manusia merupakan konsep dasar dari apa yang menjadi kepercayaan manusia Jawa. Bahwa ajaran seks merupakan gerbang awal manusia untuk memahami dua konsep utama dalam relegi budaya Jawa yaitu konsep sangkan paraning dumadi dan konsepmanunggaling kawula-Gusti. Jadi, ajaran seks dalam Serat Nitimani bertujuan untuk memberikan pedoman moral, nilai dan kaidah bagi orang Jawa tentang bagaimana cara melakukan hubungan seks Ilmu asmara merupakan sarana untuk mengetahui asal muasal manusia, seperti peribahasa barang siapa yang tidak mengetahui asal usulnya sesungguhnya juga tidak akan mengetahui kemana tujuan hidupnya, niscaya kelak hidupnya tidak akan sempurna.
KEMBALI KE ATAS
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)