flyin iklan

DOWNLOAD FILM TERBARU.

Tuesday, December 11, 2012

Kisah Lapo Tuak dan Penjaja Tuak Keliling

Penjual tuak masa penjajahan pertama Belanda 


Tuak atau juga disebut arak di Nusantara adalah sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang mengandung gula. Tuak sering juga disebuat pula arak adalah produk yang mengandung alkohol. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Tuak telah dikenal cukup lama dan menjadi minuman yang dijajakan secara bebas sejak dulu oleh masyarakat di berbagai wilayah di Nusantara. Masyarakat di berbagai tempat di Nusantara membangun tempat penjualan dan warung tuak atau yang disebut juga Lapo Tuak.
Penjual Tuak di pasar Leneke Lombok Timur tahun 1920 (Koleksi: www.kitlv.nl)

Biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya berkumpul di kedai pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain kartu, sambil minum tuak. Pada umumnya seorang petani biasa minum tuak beberapa
gelas sehari. Kalau laki-laki, baik yang muda maupun yang tua minum tuak di kedai, tetapi jarang terdapat perempuan yang minum tuak di kedai bersama laki-laki, kecuali pemilik kedai atau isterinya.
Penjual Tuak Keliling di Jawa Tahun 1920 (Koleksi: www.kitlv.nl)
 Ada juga laki-laki yang membeli tuak di kedai dan membawa botol yang terisi tuak ke rumahnya atau ke rumah kawannya untuk minum tuak di situ.


Penjual Tuak Manis di Pantai Batulesa di Selatan Timor Barat

Tidak hanya warung tuak sebagai tempat minum bersama, tuak atau arak dijual berkeliling oleh pedagang di Jawa, Sumatra Utara, Nusa Tenggara Timur, Bali dan diberbagai tempat di Nusantara. Beberapa foto pada masa jaman kolonial Belanda menunjukkan bahwa tuak dijual berkeliling oleh para pedagang dengan memakai bambu sebagai tempat tuak dan dijinjing secara sederhana. Masyarakat pembeli meminum tuak tersebut di jalan. Tuak sejak dahulu merupakan minuman sebagai penghangat badan sehingga banyak digemari.
Penjaja tuak di Pesisir Tuban 2012

Keberadaan warung-warung tuak dan penjaja tuak keliling pada masa kini mungkin hanya tinggal kenangan karena selain kalah bersaing dengan minuman beralkohol impor juga adanya pelarangan dari masyarakat dan pihak pemerintah untuk secara bebas memperjualbelikan minuman beralkohol. Hal ini menambah daftar panjang budaya Nusantara yang musnah, tidak hanya penjaja keliling tuak kemungkinan teknologi fermentasi tradisional juga akan turut musnah.
Source : phesolo

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

Budayakan Komen yang baik dan sopan setelah membaca artikel